Monday 8 May 2017

BINGKAI KERUKUNAN


Sebuah Refleksi Kerukunan dalam Rapat Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Langsa. Selasa, 09 Mei 2017

Kerukunan merupakan paradigma modern.  Masyarakat modern mengutamakan sebuah tatanan kehidupan yang harmonis. Tatanan yang membuat semua entitas sosial dapat berintegrasi dan berekspresi satu dengan lainnya. Kerukunan jawaban atas aneka entitas sosial yang ada dalam alam ini. Hanya kerukunan yang mampu menghubungkan diantara banyak perbedaan mahkluk tuhan.  Kita menyadari bahwa kemajemukan adalah realitas yang harus dipahami sebagai ketentuan tuhan.  Pemahaman ini akan memberikan pengetahuan luas bagi setiap orang.  Kesadaran atas perbedaan ciptaan tuhan membuat kita menjadi manusia yang menghargai karya tuhan.  Terkadang kita bertanya pada diri kita " mengapa tuhan menciptakan makhluk yang berbeda - beda", pertanyaan ini adalah pertanyaan ontologis,  tentu tuhan mempunyai alasan untuk itu.  Sebagai hamba-Nya yang patuh,  kita harus menyikapi hal tersebut dengan kegembiraan dan rasa syukur.  Perbedaan jangan dipahami pertentangan,  justeru perbedaan memberikan warna keindahan pada kehidupan. Jika ciptaan tuhan hanya tunggal dan satu warna maka kehidupan ini monoton dan tidak bergairah.  Secara kultural,  perbedaan memberikan manfaat yang besar.  Misalnya,  perbedaan pola pikir akan menghasilkan beragamnya ilmu pengetahuan sehingga produk pemikiran tersebut bermanfaat untuk kehidupan kita. Multi kultural adalah ketentuan tuhan,  sebab manusia telah dianugerahi akal oleh tuhan sehingga denga akalnya manusia mampu membentuk kebudayaan (culture) dan peradaban (Civilization) dalam kehidupannya.  Bahkan manusia disebut juga sebagai makhluk budaya sekaligus makhluk sosial.  Kerukunan tidak bermakna kita harus menjadi orang lain,  dan begitu sebaliknya.  Kerukunan adalah cara berfikir hidup berdampingan dan menghargai cara pandang orang lain. Setiap entitas sosial hidup dalam budaya dan tradisinya masing masing.  Identitasnya adalah cerminan dari existensi dirinya,  baik tergambar dalam kehidupan personal maupun kolektif masyarakat. 


No comments:

Post a Comment